Alquranmemuat berbagai hal yang berhubungan dengan kepentingan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, baik yang berkaitan dengan Tuhannya maupun dengan sesama manusia. Dengan
al-Qur’anBulan Ramadhan merupakan bulan penuh rahmat bagi seluruh umat Islam. Bulan Ramadhan, menawarkan pahala yang melimpah bagi individu yang rajin menjalankan ibadah wajib, dan sunnah. Selain itu, pada bulan ini berbagai peristiwa-peristiwa penting bagi sejarah umat Islam terjadi. Salah satu peristiwa tersebut adalah turunnya wahyu pertama al-Qur’an, yang juga menandai dimulainya periode kenabian. Peristiwa tersebut merupakan salah satu peristiwa paling penting dalam perjalanan sejarah Umat Islam hingga dewasa ini, oleh karena itu pada pembahasan kali ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai sejarah turunnya wahyu pertama kepada Nabi Rasul Menjelang Turunnya Wahyu Goa Hira’ jabal al-NourKetika usia Muhammad bin Abdullah telah mendekati 40 tahun, beliau banyak menghabiskan hari-harinya untuk mengasingkan diri. Aktivitas tersebut mulai beliau kerjakan setelah melalui perenungan yang lama. Dengan membawa roti dari gandum dan air, beliau pergi ke Gua Hira’ di Jabal Nur, yang berjarak kurang lebih 2 mil dari kota Mekkah, suatu gua yang tidak terlalu besar, dengan panjang 4 hasta, dan lebar 1,75 hasta dengan ukuran zira’ al-Hadid hasta ukuran besi.Keluarga Rasul terkadang menyertainya ke sana. Selama bulan Ramadhan, beliau di gua ini, dan tidak lupa memberikan makanan kepada setiap orang miskin di sekitar sana. Selama bulan tersebut beliau menghabiskan waktunya untuk beribadah, memikirkan keagungan alam di sekitarnya, dan kekuatan tidak terhingga di balik alam. Beliau tidak pernah merasa puas melihat keyakinan umatnya yang penuh denan kemusyrikan, dan segala persepsi mereka yang tidak pernah lepas dari mitos. Sementara itu, di hadapan beliau juga tidak ada jalan yang jelas, dan mempunyai batasan-batasan tersentu yang bisa menghantarkannya kepada keridhaan, dan kepuasan Nabi Muhammad untuk mengasingkan diri termasuk dari ketentuan Allah kepadanya, sebagai langkah untuk menerima tugas besar yang sedang menantinya. Ruh manusia yang realitas kehidupannya akan disusupi suatu pengaruh, dan di bawa ke arah lain, maka ruh itu harus dibuat kosong, dan mengasingkan diri untuk beberapa saat, menjauh dari berbagai kesibukan duniawi, dan dinamika kehidupan yang membuatnya sibuk pada urusan Allah SWT mengatur, dan mempersiapkan kehidupan Rasulullah untuk mengemban amanat yang besar, mengubah wajah dunia, dan meluruskan garis sejarah. Allah telah mengatur pengasingan ini selama 3 tahun sebelum membebani Muhammad dengan risalah. Rasul biasanya pergi untuk mengasingkan diri selama jangka waktu sebulan sebelum kembali lagi ke rumahnya, dan begitu seterusnya hingga wahyu Al-Qur’an dan Turunnya Wahyu Al-Qur’anKetika Muhammad genap empat puluh tahun, tanda-tanda nubuwah kenabian sudah tampak. Diantaranya, adanya batu di Mekkah yang mengucapkan salam kepadanya, dan terjadinya ru’ya shadiqah mimpi yang benar berupa fajar subuh yang menyingsing. Hal ini berlangsung hingga enam bulan, dan ru’ya shadiqah tersebut merupakan bagian dari empat puluh enam tanda tahun ketiga dari pengasingan Muhammad di Gua Hira’, tepatnya di bulan Ramadhan, Alllah memberikan rahmatNya kepada penduduk bumi dengan memberikan kemuliaan kepada Muhammad, berupa pengangkatan sebagai Nabi, dan menurunkan Jibril kepadanya dengan membawa beberapa ayat Al-Qur’an. Peristiwa pengangkatan, dan turunnya wahyu tersebut terjadi pada hari Senin, tanggal malam ke-21 bulan Ramadhan[1] penjelasan mengapa malam ke-21 dapat dibaca di bawah, dan bertepatan dengan tanggal 10 Agustus tahun 610 M. Tepatnya ketika Rasul berusia 40 tahun 6 bulan 12 hari menurut penanggalan Qamariyah, dan sekitar 39 tahun 3 bulan 20 hari menurut penanggalan peristiwa turunnya wahyu tersebut, istri Rasulullah, Aisyah menuturkan kisahnya sebagai berikut, “Wahyu yang mula pertama dialami oleh Rasulullah Saw adalah berupa ru’yah shalihah dalam tidur, dan mimpi itu hanya berbentuk fajar subuh yang menyingsing, kemudian beliau lebih menyenangi penyendirian, dan melakukannya di Gua Hira’, beribadah di dalamnya beberapa malam sebelum dia kembali ke rumah keluarganya.”Dalam melakukan itu, beliau mengambil bekal kemudian kembali ke Khadijah mengambil perbekalan yang sama hingga datang kebenaran kepadanya yaitu saat beliau berda di gua Hira’ tesebut, seorang malaikat datang menghampiri sembari berkata, “bacalah!” Aku Rasulullah menjawab, “Aku tidak bisa membaca!” Rasul menuturkan, “Kemudian dia memegang, dan merengkuhku hingga aku kehabisan tenaga, lalu setelah itu melepaskanku sembari berkata, “bacalah!” Aku tetap menjawab, “Aku tidak bisa membaca!”Dia memegangku dan merangkulku hingga aku merasa sesak. Kemudian melepaskanku, seraya berkata lagi, “Bacalah!” aku menjawab “Aku tidak bisa membaca.”Dia memegangiku, dan merangkulku hingga ketiga kalinya hingga aku merasa sesak, kemudian melepaskanku, lalu berkataAl-Alaq 1-5ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinyaRasulullah kemudian pulang membawa wahyu dengan hati yang penuh ketakutan, dan menemui Khadijah binti Khuwailid sembari berkata, “Selimutilah aku, selimutilah aku!” maka beliau diselimuti hingga badan beliau tidak lagi menggigil ketakutan layaknya terkena demam.“Apa yang terjadi padaku?” beliau bertanya kepada Khadijah. Beliau kemudian memberitahukan apa yang baru saja terjadi. Beliau berkata, “Aku takut akan terjadi sesuatu pada diriku.”Khadijah berkata, “Tidak demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, membantu meringankan beban orang lain, memberi makan orang yang miskin, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.”Selanjutnya Khadijah membawa Rasul pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, anak paman Khadijah. Waraqah adalah seorang Nasrani sema Jahiliyah. Dia menulis buku dalam bahasa Ibrani, dan juga menulis Injil bahasa Ibraniseperti yang dikehendaki. Pada saat Khadijah membawa Rasul dia sudah tua, dan berkata kepada Waraqah, “Wahai putra pamanku, dengarkanlah kisah dari anak saudaramu.”Waraqah bertanya kepada beliau, “Apa yang pernah engkau lihat, wahai putra saudaraku?” Rasulullah kemudian menceritakan apa saja yang pernah Waraqah berkata, dia itu adalah An-Namus Jibril yang diutus Allah kepada Musa. Andaikan saja aku masih muda pada masa itu. Andaikan saja aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”Rasul bertanya, “Benarkah mereka akan mengusirku?”“Benar, tidak seorang pun yang membawa seperti yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih hidup pada masamu nanti, tentu akan membantumu dengan sungguh-sungguh.” Tidak lama kemudian Waraqah wafat dan wahyu pun tidak turun dalam beberapa Terputus untuk SementaraDiriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Ibnu Abbas yang intinya menyatakan bahwa setelah turunnya wahyu pertama, wahyu sempat terputus selama beberapa hari. Pada masa-masa terputusnya wahyu itu, Rasulullah hanya diam dalam keadaan termenung sedih. Kegelisahan melingkupi diri beliau. Dalam kitab At-Tabir, Imam al-Bukhari meriwayatkan naskah sebagai berikut“Menurut berita yang sampai kepada kami, wahyu berhenti turun hingga membuat nabi sedih, dan berkali-kali berlari ke gunung, dan ingin menjatuhkan diri dari jurang, namun setiap beliau mencapi puncak gunung untuk mencampakkan dirinya, malaikat Jibril menampakkan wujudnya sembari berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau benar-benar utusan Allah!”. Motivasi ini dapat menenangkan, dan memantapkan kembali jiwa beliau. Lalu pulanglah beliau ke rumah, namun ketika wahyu tidak kunjung turun, beliau pun mengulai tindakan sebagaimana sebelumnya, dan ketika dia mencapai puncak gunung, malaikat Jibril menampakkan wujudnya dan berkata kepadanya seperti sebelumnya.”Jibril Turun Membawa Wahyu untuk Kedua KalinyaIbnu Hajar menuturkan, “Selama wahyu terputus untuk beberapa hari lamanya, beliau ingin ketakutan, dan kedukaannya segera sirna, dan kembali seperti sebelumnya. Ketika bayang-bayang kebingungan mulai surut, dan beliau kembali menunggu-nunggu turunnya wahyu, Allah memuliakan beliau dengan wahyu untuk kedua kalinya.”Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah menuturkan masa turunnya wahyu. Beliau bersabda, “Tatkala aku sedang berjalan tiba-tiba aku mendengar sebuah suara yang berasal dari langit. Aku mendongakkan pandangan ke arah langit, dan bumi. Aku mendekatinya hingga tiba-tiba aku terjerembab di atas tanah. Kemudian aku menemui keluargaku dan kukatakan, Selimutilah Aku, Selimutilah aku!. Lalu Allah Ta’ala menurunkan surat Al-Muddatstsir Ayat 1-5” yang berbunyiيَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ ١ قُمۡ فَأَنذِرۡ ٢ وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ ٣ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ ٤ وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ ٥Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan. dan Tuhanmu agungkanlah. dan pakaianmu bersihkanlah dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Setelah turunnya ayat-ayat di atas, maka wahyu datang secara berturut-turut dan dalam bentuk suara-suara yang berbeda, dan kadang-kadang muncul seperti gema lonceng. Tetapi pada periode akhir kenabiannya, wahyu turun dalam satu suara, yaitu suara malaikat proses turunnya wahyu ini Aisyah meriwayatkan bahwa Al-Harits ibn Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, bagiamana sampainya wahyu kepada anda?” Rasul menjawab “kadang-kadang wahyu diturunkan kepadaku seperti bunyi lonceng, dan inilah yang aku rasakan paling berat, kemudian bunyi lonceng tersebut menghilang setelah aku menghafal wahyu yang diturunkan itu. Kadang-kadang malaikat mendatangiku dengan wujud seorang laki-laki, lalu dia menyampaikan wahyu kepadaku, kemudian aku menghafal apa yang disampaikannya.”Setelah mendapat perintah, dan tugas baru yang harus dia laksanakan sebagai seorang utusan Allah, Nabi Muhammad kemudian menemui dan berbaur di tengah masyarakatnya untuk mengajar, berdakwah, dan menyampaiakan risalah barunya. Pada masa ini Nabi banyak mendapat makian dan hinaan dari masyarakat Quraisy, hingga menyebabkan berdakwah secara Wahyu di Tahun-Tahun Awal KenabianSingkat, tegas, ekspresif, dan mengesankan merupakan karakteristik wayu yang paling awal, yaitu surat-surat al-Makiyah. Pada tahun-tahun awal ini, kandungan dari wahyu yang turun adalah mengenai keagungan Allah, yang pada hari pengadilan akhir kiamat akan menimbang setiap perbuatan manusia. Wahyu-wahyu yang pertama menekankan kekhawatiran perihal hari kiamat, anjuran bersikap saleh, dan penuh kebajikan, dan peringatan atas kelalaian terhadap tugas, dan kewajiban, beserta kelalaian terhadap hari dari pengabdian diri kepada Allah, dan kekhawatiran akan ancaman di hari akhir adalah sikap sombong, membanggakan kekuasaan manusia, dan pengrusakan terhadap segala sesuatu di dunia. Hal ini merupakan ciri dari masyarakat Mekkah zaman jahiliyah, yang serakah, dan bersikap acuh terhadap nasib fakir miskin, acuh akan sikap kedermawanan, dan acuh terhadap kesejahteraan kelompok masyarakat lemah.[1] Sebenarnya terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai penentuan hari turunnya wahyu. Ada yang berpendapat pada hari ke-7, ada yang berpendapat pada hari ke-17, dan ada yang berpendapat pada hari ke-17. Tetapi saya lebih setuju pada analisa bahwa malam ke-21 Ramadhan. Sebab, mayoritas pakar biografi sepakat bahwa Muhammad diangkat sebagai rasul pada hari Senin. Hal ini diperkuat riwayat dari Abu Qatadah, bahwa Rasul pernah ditanya mengenai tentang puasa hari Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari inilah aku dilahirkan, dan pada hari ini pula turun wahyu yang pertama kepadaku.” Dalam lafal lain disebutkan, “itulah hari aku dilahirkan, dan pada hari itu pula aku diutus sebagai rasul atau turun kepadaku wahyu.” Lihat Muslim, I/368; Ahmad, 51299; Al-Baihaqi, IV/286-300, dan Al-Hakim, Senin pada bulan Ramadhan tahun itu sendiri hanya jatuh pada tanggal 7, 14, 21, dan 28. Beberapa riwayat yang shahih telah menunjukkan bahwa Lailatul Qadr hanya jatuh pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Maka, jika kita membandingkan antara firman Allah, “Sesungguhnya kami menurunkannya al-Qur’an pada Lailatul Qadr”, dengan riwayat Abu Qatadah, dan tanggal-tanggal jatuhnya hari senin bulan itu maka akan ditemukan bahwa hari diutusnya beliau menjadi Rasul jatuh pada malam tanggal 21 bulan Az-Zabidi. 2002. Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari. Jakarta Pustaka M. Lapidus. 2000. Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta RajaGrafindo K. Hitti. 2006. History of The Arabs. Jakarta Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. 2011. Sirah Nabaiyah Ar-Rahiq Al-Makhtum. Jakarta Ummul Posts
TragediPara Orientalis Yang Ingin Mengubah Alquran . Ternyata jika ingin mempelajari Alquran, kita bisa memulainya dari ayat manapun. Tergantung tema masalah yang kita hadapi, mis alnya, tentang wajibnya salat salah satunya ada di Al Baqarah: 43, tentang puasa loncat ke A l Baqarah:183. Mau tau lagi tentang aturan zakat bisa loncat ke At Taubah, kalau ga salah.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID vYwUeYmUHjKm7MWEst-AaRxUG455pkwCovYPmvem033ER-vDFbFjcw== Wahyupertama kali kepada Rasulullah SAW diturunkan saat usia 40 tahun. Thursday,11 Syawwal 1443 / 12 May 2022 Jadwal Shalat. Mode Layar. Al-Quran Digital Indonesia Dunia Filantropi Hikmah Mualaf Rumah Zakat Sang Pencerah Ihram Alquran Digital. islam digest. Nabi Muhammad Muslimah Kisah Fatwa Mozaik Kajian Alquran Doa hadist. Internasional.

loading...Sejarah nuzulul Quran dibagi dalam dua periode, sebelum hijrah dan setelah hijrah. Foto/Ilustrasi Istock Sejarah nuzulul Quran atau turunnya Al-Qur'an terbagi dalam 2 periode yang menurut para ulama 'Ulum Al-Qur'an, periode itu pertama periode sebelum hijrah; dan kedua periode sesudah hijrah. Prof Dr M Qurash Shihab dalam bukunya berjudul "Membumikan Al-Qur'an" mengatakan pembagian demikian untuk lebih menjelaskan tujuan-tujuan pokok Al-Qur' yang turun pada periode pertama dinamai ayat-ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat saja, Quraish Shihab membagi sejarah turunnya Al-Qur'an dalam tiga periode. Meski pada hakikatnya periode pertama dan kedua dalam pembagian tersebut adalah kumpulan dari ayat-ayat Makkiyah, dan periode ketiga adalah ayat-ayat Madaniyyah. Baca Juga Periode PertamaPada awal turunnya wahyu pertama iqra', Muhammad SAW belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu, beliau baru merupakan seorang nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turun wahyu kedua beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman Allah "Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan" QS 74 1-2.Kemudian, setelah itu, kandungan wahyu Ilahi berkisar dalam tiga hal. Pertama, pendidikan bagi Rasulullah SAW, dalam membentuk kepribadiannya. Perhatikan firman-Nya "Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan sampaikanlah. Dan Tuhanmu agungkanlah. Bersihkanlah pakaianmu. Tinggalkanlah kotoran syirik. Janganlah memberikan sesuatu dengan mengharap menerima lebih banyak darinya, dan sabarlah engkau melaksanakan perintah-perintah Tuhanmu" QS 74 1-7.Dalam wahyu ketiga terdapat pula bimbingan untuknya "Wahai orang yang berselimut, bangkitlah, sholatlah di malam hari kecuali sedikit darinya, yaitu separuh malam, kuranq sedikit dari itu atau lebih, dan bacalah Al-Quran dengan tartil QS 73 1-4.Perintah ini disebabkan karena Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu wahyu yang sangat berat QS 73 5.Menurut Quraish ada lagi ayat-ayat lain, umpamanya Berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat. Rendahkanlah dirimu, janganlah bersifat sombong kepada orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Apabila mereka keluargamu enggan mengikutimu, katakanlah aku berlepas dari apa yang kalian kerjakan QS 26 214-216.Demikian ayat-ayat yang merupakan bimbingan bagi beliau demi suksesnya dakwah. Baca Juga Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af'al Allah, misalnya surah Al-A'la surah ketujuh yang diturunkan atau surah Al-Ikhlash, yang menurut hadis Rasulullah "sebanding dengan sepertiga Al-Qur'an", karena yang mengetahuinya dengan sebenarnya akan mengetahui pula persoalan-persoalan tauhid dan tanzih penyucian Allah keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiah, serta bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliah ketika itu. Ini dapat dibaca, misalnya, dalam surah Al-Takatsur, satu surah yang mengecam mereka yang menumpuk-numpuk harta; dan surah Al-Ma'un yang menerangkan kewajiban terhadap fakir miskin dan anak yatim serta pandangan agama mengenai hidup Quraish, periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok pertama, segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-ajaran Al-Qur'an. Kedua, sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-Qur'an, karena kebodohan mereka QS 21 24, keteguhan mereka mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang QS 43 22, dan atau ketiga, karena adanya maksud-maksud tertentu dari satu golongan seperti yang digambarkan oleh Abu Sufyan "Kalau sekiranya Bani Hasyim memperoleh kemuliaan nubuwwah, kemuliaan apa lagi yang tinggal untuk kami." Baca Juga Periode KeduaPeriode kedua dari sejarah turunnya Al-Qur'an berlangsung selama 8-9 tahun, dimana terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliyah. Gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara dan sistem untuk menghalangi kemajuan dakwah Islamiah.

Hakikatdan sejarah penulisan AlQuran sendiri sesungguhnya penuh dengan berbagai nuansa yang delicate (rumit), dan tidak sunyi dari perdebatan, pertentangan, intrik (tipu daya), dan rekayasa.". Jadi, di berbagai penerbitan mereka, kalangan liberal dan sejenisnya memang sangat aktif dalam menyerang al-Quran, secara terang-terangan.
Mengapa Al-Quran Dibagi Menjadi 30 Juz? Al-Quran merupakan kitab suci seluruh umat Islam. Al-Quran dapat didefinisikan sebagai kalam Allah SWT, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, serta membacanya termasuk ibadah. Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun ketika Nabi Muhammad SAW berada di Mekkah dan 10 tahun ketika di Madinah. Al-Quran memiliki 114 surat dan 30 dari segi masa turunnya ayat Al-Quran terbagi menjadi 2 kategori yakni ayat Makkiyah dan ayat Madaniyyah. Ayat yang diturunkan di Mekkah atau sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, dinamakan dengan ayat Makiyyah. Sedangkan ayat yang diturunkan di Madinah disebut dengan ayat ayat Makiyyah pendek-pendek dan mengandung pengajaran budi pekerti, sedangkan ayat Madaniyyah panjang-panjang dan berhubungan dengan peraturan atau hukum-hukum. Ayat yang pertama kali diwahyukan kepada Rasulullah SAW adalah 5 ayat dari surat menerima wahyu untuk pertama kalinya ketika beliau sedang berada di gua hira. Dahulu kala, tatkala Rasulullah SAW menerima wahyu dilakukan secara berangsur-angsur ayat-per ayat dan tidak berurutan seperti yang kita ketahui selama ini dalam mushaf Al-Quran. Ayat-ayat tersebut selanjutnya hanya dihafal dan diajarkan kepada para sahabat tanpa disertai upaya untuk pembukuan Al-Quran untuk pertama kalinya dimulai sejak zaman kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab. Hal ini tidak terlepas dari kondisi pada masa itu, dimana para Hafidz penghafal Al-Quran banyak yang terbunuh dalam peperangan yamamah, perang melawan orang-orang murtad setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Melihat kejadian tersebut, Umar bin Khattab merasa hawatir dan mengusulkan agar dibukukannya Al-Quran atas pertimbangan untuk menjaganya. Pembukuan tersebut pun dilakukan dan hasil finalnya berupa mushaf pada masa para sahabat setelah wafatnya Rasulullah, tidak dikenal dengan pembagian Al-Quran beerdasarkan Juz, hal ini disebabkan Rasulullah SAW maupun malaikat Jibril tidak pernah memerintahkan untuk dilakukannya pembagian Al-Quran. Sehingga para sahabat kala itu hanya membagi Al-Quran menjadi tujuh Al-Quran menjadi tujuh bagian terjadi dikarenakan para sahabat terbiasa mengkhatamkan Al-Quran dalam waktu satu minggu tujuh hari. Setiap bagian nantinya akan dibaca dalam satu hari dan dilanjutkan di hari berikutnya. Apabila dirinci tiap bagian adalah sebagai berikutBagian pertama, berisi 3 surat Al-Baqarah, Al-Imran, An-Nisaa’Bagian kedua, berisi 5 surat Al-Maidah sampai dengan At-TaubahBagian ketiga, berisi 7 surat Yunus sampai dengan An-NahlBagian keempat, berisi 9 surat Al-Israa’ sampai dengan Al-FurqanBagian kelima, berisi surat Surat Asy-Syu’ara hingga akhir Surat Keenam, berisi 11 Surat Ash-Shafaat sampai dengan Al-Hujurat danBagian ketujuh, atau dapat disebut dengan Al-Mufashshal yang berarti terperinci. Maksudnya surat-surat yang ayatnya pendek-pendek yang dimulai dari surat Qaaf sampai dengan di atas juga biasa disebut sebagai Famy bi tersebut hanya dilakukan sekedar untuk hafalan dan amalan tiap hari atau di dalam sembahyang, serta tidak ditulis di dalam mushaf Al-Quran menjadi 30 juz baru dilakukan pada tahun 110 H yang dipelopori oleh al-Hajjaj. Pada masa al-Hajjaj bin Jusuf Ats Tsaqafi diadakan penulisan di mushaf Al-Quran sekaligus ditambahkan dengan istilah-istilah Al-Quran berdasarkan juz berpatokan pada jumlah huruf yang ada. Pembagian tersebut dilakukan oleh para cendekiawan Iraq atas perintah yang diberikan langsung oleh al-Hajjaj. Hal tersebut didasari dari gagasan untuk mengkhatamkan Al-Quran dalam waktu satu hitung-hitungannya, pada hari pertama membaca juz pertama, hari kedua membaca juz kedua, hari ketiga membaca juz ketiga, begitupun seterusnya hingga hari ke 30. Pada masa-masa selanjutnya, muncullah istilah hizb dan maqra. Sama dengan tujuan juz, dua hal ini juga ditujukan agar kita bisa istiqamah mengkhatamkan Al-Quran. ANWallahu a’lam.
Alquranadalah sumber terpenting pemikiran kaum Muslimin. Sumber lain dalam pemikiran Islam adalah hadis dan sunnah; artinya ajaran-ajaran yang diperoleh dari sumber-sumber Islam lainnya, apabila bertentangan dalam Alquran, maka tidak ada nilainya sama sekali. Berdasarkan riwayat-riwayat dari Rasulullah saw dan para Imam Syiah, hadis-hadis harus disandingkan dengan Alquran. ilustrasi pinterest Dalam mushaf Al Qur’an, surat pertama adalah Al Fatihah dan terakhir adalah An Nas. Mengapa urutan mushaf tidak sesuai dengan urutan turunnya wahyu? Seperti diketahui, surat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah adalah Al Alaq. Namun surat pertama di mushaf adalah Al Fatihah. Surat Al Baqarah dan Ali Imran yang merupakan surat kedua dan ketiga di musfah, justru merupakan surat yang baru turun setelah Rasulullah hijrah ke Madinah. Mengapa urutan mushaf tidak sama dengan urutan turunnya wahyu? Pertanyaan ini tidak hanya ditanyakan oleh muslim yang ingin mencari kebenaran, namun juga ditanyakan misionaris yang ingin membingungkan orang-orang awam. Jawaban Ilmiah Urutan Mushaf Al Quran turun melalui dua tahap. Pertama, Al Quran diturunkan secara lengkap dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah di langit dunia. Kedua, dari Baitul Izzah, Al Quran diturunkan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam secara bertahap dalam waktu 22 tahun lebih. Sebagian ulama menyebutkan angka cantik 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Turunnya Al Quran secara bertahap ini memiliki banyak hikmah. Di antaranya, relevan dengan peristiwa dan pentahapan hukum serta mudah dihafal dan diamalkan. Nah, begitu ayat Al Quran turun kepada Rasulullah, beliau memerintahkan sahabat khususnya sekretaris wahyu untuk meletakkan ayat tersebut sesudah ayat tertentu dan sebelum ayat tertentu. Sebagaimana ditunjukkan Malaikat Jibril kepada beliau. Demikian seterusnya sehingga ketika lengkap 114 surat turun kepada beliau, urutannya persis sebagaimana urutan Al Quran yang ada di Lauhul Mahfudz. Baca juga Surat Al Ikhlas Terjemah Per Kata Jadi, urutan ayat-ayat Al Quran di mushaf bersifat tauqifi, atas petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang sesuai dengan Al Quran di lauhul mahfudz. Dalam riwayat Imam Ahmad dijelaskan bahwa ketika Rasulullah mendapatkan wahyu, Malaikat Jibril menunjukkan letak ayat tersebut setelah ayat yang mana, maka beliau pun menunjukkan hal itu kepada sahabat sehingga didapatkan urutan ayat Al Quran yang tepat. Urutan atau tertib ayat tersebut juga ditegaskan dengan ijma’ para ulama’. Imam As Suyuthi mengatakan “Ijma’ dan nash-nash yang serupa menegaskan, tertib ayat-ayat itu adalah tauqifi, tanpa diragukan lagi” Az Zarkasy dalam Al Burhan dan Abu Ja’far Ibnu Az Zubair dalam Munasabah juga menegaskan “Tertib ayat-ayat di dalam surat-surat itu berdasarkan tauqifi dari Rasulullah dan atas perintah beliau, tanpa diperselisihkan kaum muslimin.” Jadi kalau kita dapati surat pertama dalam Mushaf adalah Surat Al Fatihah dan surat terakhir adalah Surat An Nas, demikianlah urutan Al Quran di lauhul mahfuzh. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/ . 212 180 338 147 465 99 264 199

kenapa alquran tidak disusun dari wahyu pertama